A. STRATEGI
PERTUMBUHAN
Dalam proses pembangunan dikenal adanya teori
pertumbuhan, yang didalamnya terdapat tiga pola, yaitu :
a. Pertumbuhan
berkesimbangan
Pertumbuhan yang berkesinambungan,
di mana ekonomi tumbuh dengan beberapa fase pertumbuhan yang pesat, namun pada
tingkat yang menurun, dan akhirnya mengarah
kepada stagnasi atau nyaris stagnan.
Pola ini biasanya
dihubungkan dengan pertumbuhan yang
lambat dan sangat tidak stabil atau volatile. Pertumbuhan yang lambat dan tidak
stabil menghambat pengurangan kemiskinan dan mengantar kepada kurangnya sumber
daya untuk diinvestasikan daam modal manusia dan alam. Pola ini mengakibatkan
stagnasi ekonomi dan kerugian kesejahteraan. Pola ini pula biasanya terjadi dalam
konteks pemerintahan yang buruk dan korupsi yang mengakibatkan
investasi yang rendah dan alokasi pengeluaran
publik yang tidak efisien.
b. Pertumbuhan
Distorsi
Pertumbuhan yang terdistorsi
diambil dengan resiko kerusakan sumber daya alam, misalnya dengan menghargainya terlalu rendah; kurangnya investasi
dalam modal manusia, misalnya, kurangnya
perlindungan yang memadai terhadap tenaga kerja anak; dan subsidi untuk modal fisik, seperti pengecualian pajak,
mengizinkan pajak terutang, memberikan hibah financial untuk menghadiahi investasi tertentu, dan menyediakan subsidi
kredit inverstasi.
Dibandingkan dengan
diatas, pertumbuhan berhenti dan jalan lagi dari ini memang lebih baik bagi perbaikan
kesejahteraan dan pengurangan kemiskinan. Namun pertumbuhan ini bisa saja mengandalkan dukungan publik terhadap
modal fisik, yang sulit dilestarikan.
c. Pertumbuhan
yang berkesinambunagn dan seimbang.
Pertumbuhan yang berkesinambungan
melalui akumulasi asset yang tak terdistorsi atau seimbang, dengan dukungan publik terhadap pengembangan pendidikan primer dan sekunder, perbaikan
kesehatan publik, perlindungan modal
alam. Ini mencegah penurunan dalam pengembalian untuk asset privat (khususnya modal fisik) dan menyediakan
tingkat modal manusia yang minimum dan
semakin besar yang diperlukan untuk memfasilitasi inovasi teknologis dan pertumbuhan produktivitas
factor total (TFP).
Pola ini lebih baik untuk
memperbaiki kesejahteraan dan untuk mengurangi kemiskinan. Karena itu, untuk
melestarikan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup wajar, asset utama ekonomi yakni fisik dan finansial, manusia dan
sosial, alam dan lingkungan perlu bias tumbuh dalam tingkat yang tidak
terdistorsi atau cukup seimbang. Distribusi aset di antara populasi, khususnya
modal manusia, juga merupakan hal penting.
Pertumbuhan yang stabil dan berkelanjutan sangat bermanfaat bagi kaum miskin, yang biasanya
paling menderita bila terjadi pembalikan pertumbuhan yang berpola berhenti dan jalan lagi.
B. DISTRIBUSI
DAN PERTUMBUHAN
Supaya pertumbuhan dapat memiliki dampak terhadap pengurangan
kemiskinan, asset kaum miskin harus diperbesar. Ini dapat dicapai dengan melakukan
investasi dalam asset baru, secara spesifik, modal manusia, atau dengan mendistribusikan
kembali asset yang ada sekarang. Baba ini memfokuskan diri pada investasi dalam
asset - aset baru dengan menelaah kualitas dan distribusi pendidikan dan sebab - sebab serta konsekuensi - konsekuensi dari,
dan perbaikan untuk, penyebaran yang besar dalam pencapaian prestasi pendidikan. Bila kualitas
persekolahan rendah, dan ketimpangan pendidikan tinggi, kaum miskinlah yang paling
menderita karena modal manusia kerap kali
merupakan aset utama mereka. Investasi yang kurang memadai dalam modal manusia
dari kaum miskin memperparah dan melanggengkan kemiskinan dan ketimpangan
pendapatan.
Memperbaiki alokasi pengeluaran public dalam pendidikan
merupakan sebuah kunci. Kendati melakukan usaha - usaha untuk tujuan ini,
banyak Negara belum mampu mengkonsentrasikan
investasi publik pada pendidikan dasar dan menengah. Alokasi pengeluaran
pendidikan yang tidak tepat telah menuntun kepada prestasi pencapaian yang rendah dari rata - rata per dolar yang
dikeluarkan untuk para siswa, yang terutama mempengaruhi kaum miskin.
Pemerintah perlu merealokasikan pengeluaran
publik untuk pendidikan dasar, sementara pada saat yang sama
memungkinkan sektor swasta dan kemitraan publik swasta untuk meningkatkan
berbagai usaha dalam pendidikan tinggi. Negara memiliki alasan yang sangat kuat
untuk memperluas pendidikan pada semua
tingkatan. Ini dapat memperbesar aspek pertumbuhan yang mengurangi kemiskinan, selain
memperbaiki kesejahteraan secara langsung. Ini memungkinkan Negara untuk berpartisipasi
secara efektif dalam ekonomi global.
Melakukan investasi dalam pendidikan saja tidak akan
menjamin berhasilnya pembangunan atau pengurangan
kemiskinan. Karena itu, hal ini melangkah melampaui pendidikan ke isu - isu yang terkait dengan penggunaan modal
manusia, yakni, distribusi lahan dan
aset - aset produktif lain serta berbagai kebijakan yang menjangkau seluruh ekonomi. Untuk mengurangi
kemiskinan, negara membutuhkan suatu strategi multidimensional yang berpusat
pada rakyat. Ada kebutuhan untuk menjamin akses menuju pelayanan pendidikan dan kesehatan serta mendistribusikannya dengan baik, mempermudah
penggunaan modal manusia kaum miskin
yang lebih penuh, dan memberdayakan kaum miskin dengan lahan, modal ekuitas, pelatihan, dan peluang kerja yang dimungkinkan
dengan membuka diri terhadap perdagangan,
investasi dan ide - ide internasional.
C. PENGUTAMAAN
TEKNOLOGI DALAM PEMBANGUNAN
Pertama - tama timbul suatu keinsyafan baru bahwa industrialisasi
tidak selalu mengakibatkan berkurangnya pengangguran,
terutama di negara - negara sedang berkembang yang jumlah penduduknya cukup besar. Ini memang bertentangan dengan dugaan semula. Bahkan menurut statistik,
berlipat gandanya pertambahan penduduk di berbagai Negara Asia dan Amerika
Latin, justru mengakibatkan menanjaknya angka - angka pengangguran
di sana, meskipun industrialisasi meningkat. Yaitu perkembangan ekonomi yang merupakan hasil
industrialisasi, peningkatan perdagangan internasional, dan penanaman modal
asing.
Terdapat pula kesadaran - kesadaran baru bahwa sistem - sistem sosio - teknologis dewasa ini menimbulkan kerugian - kerugian ekologis,
sedangkan disadari juga betapa terbatasnya
daya mampu sistem - sistem pendukung kehidupan yang dimiliki bumi. Kesadaran - kesadaran itu mempertebal kebutuhan
untuk menyusun pola - pola pembangunan yang
bukan merupakan pengulangan belaka dari apa yang pernah dilakukan negara - negara maju. Bagaimanapun
juga, negara - negara sedang berkembang
terutama yang berpenduduk lebih banyak harus dapat menyusun suatu pola pembangunan yang dapat membuat mereka mampu
untuk hidup dengan suatu taraf kepadatan
penduduk yang dalam tiga puluh tahun mendatang barangkali meningkat dua kali
lipat, tapi sebaliknya mengkonsumsi hasil alam yang lebih sedikit daripada yang
dikonsumsi oleh negara - negara industri maju dewasa ini.
Namun pertanyaannya ialah, apakah negara - negara
sedang berkembang akan cukup mempunyai waktu
serta kebebasan untuk melaksanakan pola pembangunan alternatif sedemikian, apakah jalan demikian akan membutuhkan
suatu masa isolasi dan proteksionisme. Ada dua alasannya : pertama bahwa ” teknologi menengah ” akan memungkinkan negara - negara itu untuk
mengembangkan teknik - teknik produksi yang padat karya. Teknik produksi yang
padat karya ini akan memungkinkan emansipasi pedesaan yang diperlukan, lewat
diversifikasi ke dalam kegiatan - kegiatan
non agraris. Kedua, jikalau negara - negara kurang berkembang tidak mengembangkan ” teknologi menengah ”
demikian, mereka akan selalu terjerat dalam
kecenderungan perkembangan yang akan mendorong mereka mengulangi pola pembangunan negara - negara
industri. Tapi pengembangan teknologi - teknologi baru adalah cukup mahal. Negara - negara kurang
berkembang jelas tidak memiliki kekayaan maupun kemampuan teknologi serta
ilmiah yang mencukupi untuk melakukannya sendirian.
Daftar Pustaka :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar